Malaikat Pada Malam Lailatul Qadar
MADANINEWS.ID, JAKARTA — Tak terasa kita sudah mulai memasuki hari-hari terakhir bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Sebagai umat yang cerdas, kita harus memanfaatkan momen ini untuk lebih giat beribadah dan melakukan perbuatan kebajikan lainya. Sehingga, ketika kita melewati bulan Ramadhan ini, hati kita bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan karena bisa memanfaatkan bulan Ramadhan dengan baik, khususnya bisa bertemu dengan malam Lailatul Qadar
Selain memberkahi bulan Ramadhan itu sendiri, Allah Swt menghadiahkan kepada umat nabi Muhammad Saw sebuah malam pada bulan Ramadhan, yang sekiranya tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu malam Lailatul Qadar. Kenapa malam Lailatul Qadar bisa begitu istemewa di antara malam lainya? Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadr. Dan tahukan kamu apa malam Qadr itu? (yaitu) malam Qadr itu lebih baik dari malam seribu bulan. Pada malam itu, turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah malam itu hingga terbit fajar.”
Secara kebahasaan Kata inzaal menurut sebagian ulama dimaknai, bahwa Alquran diturunkan dari Lauhil Mahfudz ke Bayt al-‘Izzah (langit dunia), kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun sesuai kejadian yang terjadi.
Makna Al-Qadr, secara terminologi, menurut Ibnu Mukarram adalah keputusan yang ditetapkan oleh Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Tinggi dan Dia memberlakukannya terhadap segala perkara. Dalam Al-Qur’an, kata Al-Qadr digunakan untuk menunjukkan makna yang beragam, seperti membatasi, menetukan, mengagumkan, menguasai, mengukur, dan sebagainya. Sedangkan dalam surat Al-Qadr sendiri, kata Qadr, memiliki makna “kemuliaan”. Lailatul Qadr adalah malam kemuliaan.
Malam Qadr juga dikenal dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan ( khoyrun min alfi syahrin). Ibnu Jarir At-Thabari mengatakan (pahala) beribadah pada malam tersebut lebih utama daripada malam-malam yang tidak bertepatan pada al-Lail al-Qadr. Artinya banyak kebaikan-kebaikan yang akan diberikan pada malam itu. Jadi, sangat disayangkan jika tidak dipergunakan dengan baik. Dikatakan malam yang lebih baik dari seribu bulan, bukan berarti seseorang harus menghiraukan malam di bulan-bulan lainnya.
Kalimat lailatul al-qadr dalam ayat di atas diulang kembali setelah ayat pertama, yaitu pada ayat kedua dan ketiga. Padahal, bisa saja pada dua ayat tersebut cukup menggunakan zamir (Pronomina) yang merujuk pada kalimat lailatul al-qadr pada ayat pertama, tanpa mengulangnya pada ayat kedua dan ketiga.
Hal ini ternyata bertujuan untuk menunjukkan kepada kita akan keagungan malam Lailatul Qadar, sehingga kalimat tersebut perlu diulang agar pesan bahwa keagungan malam Lailatul Qadar tersebut meresap ke dalam hati kita.
Ayat-ayat di atas menjelaskan beberapa alasan yang membuat malam lailaltul Qadar begitu istimewa di antara malam lainya. Pada malam itu, Allah Swt menurunkan Al-Qur’an secara menyeluruh dari lauhil mahfudz ke langit dunia. Kemudian, Al-Qur’an tersebut disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur selama 23 tahun.
Syekh Musthafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan, tiadak ada malam yang lebih mulia dan agung dibandingkan malam turunnya Al-Quran (Lailatul Qadar). Sepatutnya bagi para muslim untuk menjadikan malam Lailatul Qadar sebagai malam yang agung dan mulia.
Setelah dijelaskan bahwa malam Lailatul Qadar adalam malam diturunkanya Al-Qur’an, Allah Swt menjelaskan bahwa malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan. Sehingga ketika kita beribadah dan berbuat kebaikan pada malam itu, maka nilain kebaikanya lebih baik daripada seribu bulan (83 tahun 4 bulan).
Ada juga Sebagian mufassir yang berpendapat, bahwa maksud seribu bulan itu menunjukkan jumlah yang banyak, bukan terbatas pada bilangan seribu. Hal ini menunjukkan bahwa kasih sayang Allah SWT kepada kita, umat yang tidak memiliki umur sepanjang umat-umat sebelumnya, untuk memperoleh amalan kebaikan yang melimpah, yang tentunya tidak kalah denga amalan kebaikan umat sebelumnya yang memiliki umur yang panjang.
Lebih lanjut lagi, pada malam itu, para malaikat turun ke muka bumi ini. seperti dijaelaskan pada ayat ke 4 :
“Pada malam itu turun para malaikat dan ruh (jibril) dengan izin tuhanya untuk mengatur semua urusan.” (Q.S al-Qadr: 4)
Selain membawa keberkahan dari Allah Swt, ada beberapa penafsiran terkait faidah turunya malaikat ke muka bumi ini pada malam Lailatul Qadar. Imam al-Qurthubi menjelaskan, bahwa turunnya malaikat ke muka bumi, untuk mengaminkan doa-doa orang yang berdoa pada malam tersebut.
Imam Fachruddin ar-Razi menjelaskan juga, kehadiran malaikat pada malam tersebut, untuk memacu ibadah dan amal baik seseorang, sebagaimana seorang terpacu untuk ibadah dan amal kebaikan dengan kehadiran para ulama.
Allah Swt pun menjamin malam Lailatul Qadar dipenuhi dengan kesalamatan dan kesejahteraan, Allah Swt berfirman:
“Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 5)
Malam Lailatul Qadar yang menjadi malam turunya al-Quran dan para malaikat ke muka buka bumi, tak lain ialah malam yang diselimuti keselamatan, keamanan, keberkahan, dan kebaikan. Tidak ada keburukan di dalamnya, dari terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Pada malam tersebut, terus berlanjut turun kebaikan, keberkahan, dan para malaikat yang membawa rahmat dari Allah Swt untuk hambanya yang taat, hingga terbitnya fajar.
Ada beberapa penafsiran apa yang dimaksud dengan kata Salam pada ayat tersebut. Di antaranya ialah: Pertama, Salam di sini ialah salamnya para malaikat kepada orang-orang yang taat kepada Allah Swt pada malam Lailatul Qadar. Kedua, Salam di sini ialah selamatnya dari kekurangan, maksudnya ialah ibadah pada malam ini tidak mengandung kekurangan di dalamnya, dikarenakan kebaikan yang terkandung di dalamnya lebih baik daripada seribu bulan. Ketiga, Salam yang berarti keselamatan malam tersebut dari kejahatan setan.
Dalam Tafsir Al-Misbah, kemuliaan malam itu akan terasa, ketika ada kesadaran dalam hati manusia sebagai hasil ibadah dan kedekatan kepada sang Pencipta. Dari kesadaran itu, maka akan timbul kedamaian dan ketengangan dalam hati seseorang.
Kemuliaan malam itu semakin dipertegas kembali pada ayat ke-4, bahwa Jibril ( ar-Ruuh ) dan bala tentaranya (malaikat-malaikat) turun untuk memenuhi bumi. Doa-doa para malaikat menyertai doa-doa para manusia pada malam itu. Karena malam tersebut sangat mulia. Maka menajadi wajar jika muslimin di Lailatul Qadar ini memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah. Karena Lailatul Qadar adalah malam yang mulia.
Terakhir, kata as-Salam dalam ayat ke-5 menurut para ahli tafsir bermakna kesejahteraan dalam segala urusan. Kesejahteraan ini akan terasa hingga terbitnya fajar ( hatta mathla’il fajr ).
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ كَهْمَسِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو قَالَ تَقُولِينَ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Waki' dari Kahmas bin Al Hasan dari Abdullah bin Buraidah dari 'Aisyah bahwa dia berkata; "Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku ketepatan mendapatkan malam lailatul Qodar, apa yang harus aku ucapkan?", beliau menjawab: "Ucapkanlah;
ALLOHUMMA INNAKA 'AFUWWUN TUHIBBUL 'AFWA FA'FU 'ANNI
Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pema'af mencintai kema'afan, maka ma'afkanlah daku."
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي *اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي*
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
(HR. Tirmidzi: 3435/3513)
Dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah lailatul qadr, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan ucapkan :
ALLOHUMMA INNAKA 'AFUWWUN KARIIMUN TUHIBBUL 'AFWA FA'FU 'ANNII
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku).
Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih.
Hai namaku adalah Tasya, lebih tepatnya Natasya Clara Audya. Aku hanyalah seorang anak kecil yang sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tua, anak kecil yang selalu ingin mendapat perhatian lebih dari seorang ibu dan ayah, Anak kecil yang... yang.. yang.. dan seterusnya akan tertulis tentangku.
Prangg!!!! suara pecahan kaca itu kembali terdengar. Bukan hal biasa lagi bagiku dengan kejadian yang hampir setiap hari terjadi. aku kembali meletakkan kepalaku pada lipatan tangan yang kubuat di atas lutut, merasakan sesak yang setiap saat aku rasakan, tanpa disuruh air mataku mengalir deras membasahi pipi.
Aku tersenyum menutupi sesak yang terus menggebu dalam dada, memejamkan mata dan mencoba mengabaikan suara teriakan ayah, ibu, dan pecahan kaca. Berharap akan keindahan dalam mimpi, Bermain main dengan harapan semu walau hanya sementara, melupakan sejenak pertengkaran orang tua dan berharap saat aku terbangun tidak ada lagi pertengkaran dan akan merasakan kasih sayang orang tua yang selama ini aku harapkan.
Memang sempat aku berfikir, untuk apa Allah menyatukan kedua orang tuaku kalau pada akhirnya akan menimbulkan luka pada ku yang mungkin tidak akan bisa untuk di lupakan.
Fungsi Keluarga yang seharusnya bisa menjadi tempat berbagi kasih sayang, saling melindungi tetapi itu sudah tidak lagi berfungsi dalam keluargaku
Namun aku akan selalu ingat akan pesan alm nenekku. Sejahat apapun, sekejam apapun, mereka akan tetap menjadi kedua orang tuamu, orang yang menjagamu dari kecil, merawatmu, dan tidak ada yang namanya mantan ibu ataupun ayah di dunia ini.
Menjadi anak dalam keluarga broken home menjadikanku pribadi yang lebih kuat, lebih mandiri. Allah, rangkul tasya selalu, pegang tanganku, jangan kau lepaskan dan kuatkan aku apapun yang terjadi
Hai namaku adalah Tasya, lebih tepatnya Natasya Clara Audya. Aku hanyalah seorang anak kecil yang sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tua, anak kecil yang selalu ingin mendapat perhatian lebih dari seorang ibu dan ayah, Anak kecil yang... yang.. yang.. dan seterusnya akan tertulis tentangku.
Prangg!!!! suara pecahan kaca itu kembali terdengar. Bukan hal biasa lagi bagiku dengan kejadian yang hampir setiap hari terjadi. aku kembali meletakkan kepalaku pada lipatan tangan yang kubuat di atas lutut, merasakan sesak yang setiap saat aku rasakan, tanpa disuruh air mataku mengalir deras membasahi pipi.
Aku tersenyum menutupi sesak yang terus menggebu dalam dada, memejamkan mata dan mencoba mengabaikan suara teriakan ayah, ibu, dan pecahan kaca. Berharap akan keindahan dalam mimpi, Bermain main dengan harapan semu walau hanya sementara, melupakan sejenak pertengkaran orang tua dan berharap saat aku terbangun tidak ada lagi pertengkaran dan akan merasakan kasih sayang orang tua yang selama ini aku harapkan.
Memang sempat aku berfikir, untuk apa Allah menyatukan kedua orang tuaku kalau pada akhirnya akan menimbulkan luka pada ku yang mungkin tidak akan bisa untuk di lupakan.
Fungsi Keluarga yang seharusnya bisa menjadi tempat berbagi kasih sayang, saling melindungi tetapi itu sudah tidak lagi berfungsi dalam keluargaku
Namun aku akan selalu ingat akan pesan alm nenekku. Sejahat apapun, sekejam apapun, mereka akan tetap menjadi kedua orang tuamu, orang yang menjagamu dari kecil, merawatmu, dan tidak ada yang namanya mantan ibu ataupun ayah di dunia ini.
Menjadi anak dalam keluarga broken home menjadikanku pribadi yang lebih kuat, lebih mandiri. Allah, rangkul tasya selalu, pegang tanganku, jangan kau lepaskan dan kuatkan aku apapun yang terjadi
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,